Membaca Ayat-ayat Pendidikan dalam al-Qur’an
Perspektif Paradigma Islam
Mengawali topik ini,
saya mengajukan beberapa pertanyaan pembuka. Pertama, bagaimana cara kita
menentukan bahwa ayat-ayat yang dimaksud adalah ayat-ayat yang berkenaan dengan
pendidikan? Kedua, bagaimana kita mengkonstruksi “ayat-ayat pendidikan”
tersebut menjadi sebuah konstruksi teoritis ilmu pendidikan Islam? Ketiga,
bagaimana implementasi konstruksi teoritis ilmu pendidikan Islam itu dalam
proses internalisasi, eksternalisasi dan obyektifikasi terhadap realitas sosial
yang ada? Tiga macam pertanyaan itu merupakan titik tolak berpikir dan
sekaligus merupakan batasan materi yang diangkat dalam tulisan ini.
1. Teknik
“Menangkap” Ayat-ayat Pendidikan
Berkenaan dengan pertanyaan pertama, ada beberapa teknik
yang dapat kita gunakan, yaitu: (1) menggunakan teknik korespondensi linier,
(2) melalui teknik korespondensi interkoneksi, dan (3) melalui teknik tematik
morfologis. Korespondensi linier yang saya maksudkan adalah sebuah proses
berinteraksi dengan ayat-ayat al-Qur’an dengan mengandalkan ketajaman jiwa
bahasa (dzauq al-lughah).
Dengan teknik ini kita bisa berinteraksi lansung
dengan al-Qur’an ketika kita membacanya, dan selama proses membaca al-Qur’an
sesungguhnya kita telah memasang alat tertentu yang kita sebut dzauq al-lughah
tadi untuk menangkap makna dari setiap ayat yang kita baca. Jadi, ketika kita
membaca al-Qur’an kita belum menentukan tema kita secara spesifik, tema yang
kita usung masih sangat general dan tidak ditentukan secara ketat.
Namun
demikian, di dalam alam pikiran kita telah terdapat konsep-konsep umum tentang
pendidikan (baca: Falmer, Ter. Hery & Damanhuri, 2003 : 57). Nah
konsep-konsep umum itulah yang kita gunakan sebagai “wadahnya” dan dzauq
al-lughah sebagai alat penangkapnya. Alur berpikir ini barangkali bisa kita
deskripsikan dalam langkah-langkah berikut: a) menentukan surat al-Qur’an yang
dibaca, b) membaca dengan merenungkan arti setiap mufradat, c) merenungkan
makna ayat tertentu yang ada hubungannya dengan pendidikan, d) menginventarisir
ayat-ayat yang dirasa ada kaitannya dengan pendidikan.
Selain melalui korespondensi linier, menangkap ayat-ayat
al-Qur’an yang berhubungan dengan pendidikan juga dapat dilakukan dengan
korespondensi interkoneksi. Korespondensi interkoneksi yang maksud adalah
hampir sama dengan dengan korespondensi linier seperti di atas, namun bedanya
teknik ini dilengkapi dengan kategori yang lebih spesifik, yaitu bukan sekedar
mampu menangkap dan merenungkan makna yang tersirat dalam ayat sebagai fenomena
pendidikan, tetapi juga mampu mengangkat makna ayat tersebut ke dalam konteks
tertentu. Jadi, sudah ada kecerdasan untuk menghubungkan
kemungkinan-kemungkinan hubungan ayat yang satu dengan ayat lainnya, makna ayat
dengan realitas yang dihadapi sehari-hari dan seterusnya. Dengan demikian
hasilnya bukan sekedar inventarisir ayat-ayat pendidikan, tetapi sudah mencoba
menyimpulkan makna ayat-ayat tersebut.
Teknik yang ketiga untuk menangkap ayat-ayat al-Qur’an yang
berkenaan dengan pendidikan adalah tematis morfologis. Tematis morfologis yang
dimaksud adalah upaya memahami kandungan ayat-ayat al-Qur’an tentang pendidikan
melalui tema tertentu yang ditetapkan dengan menjadikan akar kata sebagai titik
tolaknya. Makna ayat-ayat al-Qur’an yang terkait dengan akar kata tertentu
ditangkap dalam konteks tema-tema tertentu tentang pendidikan, misalnya bila
ada ayat yang berasal dari kata “Ilmun”
diplot sebagai ayat pendidikan, maka segala bentuk perubahan kata tersebut
merupakan kategori-kategori tertentu sebagai bagian dari analisisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar