Rabu, 23 Agustus 2017

Membaca Ayat-ayat Pendidikan dalam al-Qur’an Perspektif Paradigma Islam




Membaca Ayat-ayat Pendidikan dalam al-Qur’an
Perspektif Paradigma Islam
Mengawali  topik ini, saya mengajukan beberapa pertanyaan pembuka. Pertama, bagaimana cara kita menentukan bahwa ayat-ayat yang dimaksud adalah ayat-ayat yang berkenaan dengan pendidikan? Kedua, bagaimana kita mengkonstruksi “ayat-ayat pendidikan” tersebut menjadi sebuah konstruksi teoritis ilmu pendidikan Islam? Ketiga, bagaimana implementasi konstruksi teoritis ilmu pendidikan Islam itu dalam proses internalisasi, eksternalisasi dan obyektifikasi terhadap realitas sosial yang ada? Tiga macam pertanyaan itu merupakan titik tolak berpikir dan sekaligus merupakan batasan materi yang diangkat dalam tulisan ini.


1.            Teknik “Menangkap” Ayat-ayat Pendidikan
Berkenaan dengan pertanyaan pertama, ada beberapa teknik yang dapat kita gunakan, yaitu: (1) menggunakan teknik korespondensi linier, (2) melalui teknik korespondensi interkoneksi, dan (3) melalui teknik tematik morfologis. Korespondensi linier yang saya maksudkan adalah sebuah proses berinteraksi dengan ayat-ayat al-Qur’an dengan mengandalkan ketajaman jiwa bahasa (dzauq al-lughah).

 Dengan teknik ini kita bisa berinteraksi lansung dengan al-Qur’an ketika kita membacanya, dan selama proses membaca al-Qur’an sesungguhnya kita telah memasang alat tertentu yang kita sebut dzauq al-lughah tadi untuk menangkap makna dari setiap ayat yang kita baca. Jadi, ketika kita membaca al-Qur’an kita belum menentukan tema kita secara spesifik, tema yang kita usung masih sangat general dan tidak ditentukan secara ketat.

 Namun demikian, di dalam alam pikiran kita telah terdapat konsep-konsep umum tentang pendidikan (baca: Falmer, Ter. Hery & Damanhuri, 2003 : 57). Nah konsep-konsep umum itulah yang kita gunakan sebagai “wadahnya” dan dzauq al-lughah sebagai alat penangkapnya. Alur berpikir ini barangkali bisa kita deskripsikan dalam langkah-langkah berikut: a) menentukan surat al-Qur’an yang dibaca, b) membaca dengan merenungkan arti setiap mufradat, c) merenungkan makna ayat tertentu yang ada hubungannya dengan pendidikan, d) menginventarisir ayat-ayat yang dirasa ada kaitannya dengan pendidikan.

Selain melalui korespondensi linier, menangkap ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan pendidikan juga dapat dilakukan dengan korespondensi interkoneksi. Korespondensi interkoneksi yang maksud adalah hampir sama dengan dengan korespondensi linier seperti di atas, namun bedanya teknik ini dilengkapi dengan kategori yang lebih spesifik, yaitu bukan sekedar mampu menangkap dan merenungkan makna yang tersirat dalam ayat sebagai fenomena pendidikan, tetapi juga mampu mengangkat makna ayat tersebut ke dalam konteks tertentu. Jadi, sudah ada kecerdasan untuk menghubungkan kemungkinan-kemungkinan hubungan ayat yang satu dengan ayat lainnya, makna ayat dengan realitas yang dihadapi sehari-hari dan seterusnya. Dengan demikian hasilnya bukan sekedar inventarisir ayat-ayat pendidikan, tetapi sudah mencoba menyimpulkan makna ayat-ayat tersebut.


Teknik yang ketiga untuk menangkap ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan pendidikan adalah tematis morfologis. Tematis morfologis yang dimaksud adalah upaya memahami kandungan ayat-ayat al-Qur’an tentang pendidikan melalui tema tertentu yang ditetapkan dengan menjadikan akar kata sebagai titik tolaknya. Makna ayat-ayat al-Qur’an yang terkait dengan akar kata tertentu ditangkap dalam konteks tema-tema tertentu tentang pendidikan, misalnya bila ada ayat yang berasal dari kata  “Ilmun” diplot sebagai ayat pendidikan, maka segala bentuk perubahan kata tersebut merupakan kategori-kategori tertentu sebagai bagian dari analisisnya.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Duga Pemilu Curang, Ramai-ramai Kyai dan Ulama Sampang Desak Bawaslu Gelar Coblos Ulang LAPORAN :  NOVIYANTO AJI SABTU, 17 FEBRUARI 2024 |...