Tampilkan postingan dengan label Eksternalisasi dan Obyektifikasi Makna Normatif Tekstual al-Qur’an dan Hadits dalam Kehidupan Masyarakat Kontemporer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Eksternalisasi dan Obyektifikasi Makna Normatif Tekstual al-Qur’an dan Hadits dalam Kehidupan Masyarakat Kontemporer. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 26 Agustus 2017

Proses Internalisasi, Eksternalisasi dan Obyektifikasi Makna Normatif Tekstual al-Qur’an dan Hadits dalam Kehidupan Masyarakat Kontemporer


Proses Internalisasi, Eksternalisasi dan Obyektifikasi Makna Normatif Tekstual al-Qur’an dan Hadits dalam Kehidupan Masyarakat Kontemporer          


Mengawali topik ini saya akan mengajukan beberapa pertanyaan berikut; mengapa seorang muslim yang taat beribadah, tiba-tiba terjebak dalam kasus korupsi, mengapa seorang ulama tiba-tiba mengobral janji-janji politik dalam kampanye menyambut pemilu yang ternyata tidak dipenuhinya, mengapa terdapat banyak orang Islam yang kaya raya, namun kemiskinan di kalangan umat  terus meningkat jumlahnya, mengapa pendidikan Islam seolah-olah tidak punya kepentingan dengan maraknya peredaran narkoba, kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, mengapa umat Islam di Indonesia menjadi mayoritas, namun lembaga pendidikan Islam cenderung memperihatinkan kondisinya, terakhir mengapa lembaga pendidikan Islam di Indonesia mempunyai corak yang cukup beragam, ada sekolah Islam, madrasah, pesantren salafiah, pesantren modern? Jawabannya ada pada uraian berikut tentang internalisasi, eksternalisasi dan obyektivikasi ajaran Islam. 


Internalisasi adalah proses pemaknaan sebuah fenomena, realitas atau konsep-konsep ajaran ke dalam diri individu. Internalisasi Islam berarti proses pemaknaan ajaran Islam bagi setiap penganut atau pemeluknya, dan hasil pemaknaan itu menjadi nilai yang prinsip bagi kehidupannya (Berger, 1990 : 186).
Jadi, hasil dari internalisasi ajaran Islam adalah sebuah keyakinan atau pandangan dunia (word view) seorang muslim. Bila seorang muslim taat menjalankan ibadah shalat, dan puasa itu karena didasari keyakinan bahwa shalat dan puasa adalah salah satu ajaran agama yang harus dilaksanakan tanpa ada tawar menawar lagi. Perbuatan ibadah inilah baginya yang membedakan dirinya sebagai seorang muslim dengan orang lain di luar dirinya, sehingga ia selalu berusaha untuk terus meningkatkan kesadaran itu sampai terjadi kristalisasi nilai-nilai ajaran itu di dalam pribadinya.

  Duga Pemilu Curang, Ramai-ramai Kyai dan Ulama Sampang Desak Bawaslu Gelar Coblos Ulang LAPORAN :  NOVIYANTO AJI SABTU, 17 FEBRUARI 2024 |...