Kesadaran Sejarah Pendidikan Islam sebagai
Landasan Etik Membangun Pendidikan Islam
Mengawali topik ini, saya mengajukan sebuah pertanyaan
analisis “mengapa kesadaran akan sejarah pendidikan menjadi hal penting dalam
upaya membangun pendidikan Islam kontemporer di Indonesia?” Ada beberapa alasan
mendasar mengenai pentingnya kesadaran
sejarah pendidikan Islam, khususnya di Indonesia. Pertama, adanya perintah
langsung dari Allah sebagaimana tercantum di dalam al-Qur’an bahwa setiap
manusia yang beriman harus mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada masa lampau. Kedua, realitas sosial yang terjadi sekarang ini pada
dasarnya merupakan kesinambungan dari fenomena yang telah terjadi pada masa
sebelumnya. Ketiga, setiap realitas yang terjadi pasti mengandung hikmah untuk
kehidupan umat manusia.
1. Ayat
al-Qur’an sebagai Landasan Kesadaran Sejarah
Dalam surat al-A`raf ayat 176 dicantumkan secara eksplisit
tentang perlunya mengambil pelajaran dari setiap kisah yang disebutkan dalam
al-Qur’an yang memuat kisah-kisah tentang kehidupan sebelum masa Nabi Muhammad
banyak disebut-sebut oleh al-Qur’an, terutama mengenai peristiwa penting yang
ada hubungannya dengan Nabi-Nabi, misalnya tentang Nabi Adam AS.
Ada beberapa
peristiwa penting yang berkenaan dengan Nabi Adam AS, yaitu; pertama, tentang
keberadaan Adam AS di tengah-tegah komunitas lainnya, yakni iblis dan malaikat.
Dari peristiwa dialog antara Allah, malaikat, dan iblis sekitar keberadaannya,
dapat dipahami tentang konsep gradasi, atau kelas sosial yang banyak
dipengaruhi oleh kualitas atau potensi yang dimiliki oleh individu.
Ketika Adam
AS telah diberikan “ilmu” oleh Allah, kemudian malaikat dan iblis disuruh untuk
bersujud kepada Adam, padahal secara genetika, Adam AS tidak lebih terhormat
dari malaikat dan iblis, sebab Nabi Adam AS diciptakan dari tanah, sedangkan
malaikat dari cahaya dan iblis dari api. Tetapi secara kualitas, Adam AS
mempunyai kapasitas intelektual yang lebih tinggi, sebab ia mempunyai kelebihan
mengetahui, dan memahami “al-asma’” yang telah diajarkan oleh Allah kepadanya
dan tidak diberikan kepada malaikat dan iblis.
Dari individu yang berkualitas
inilah yang pada akhirnya melahirkan peradaban dunia itu. Jadi, dari kisah ini bukan materi
kisahnya yang diambil, tetapi pesan etiknya yang perlu kita bawa ke dalam dunia
kontemporer. Bagaimanapun juga ajaran-ajaran al-Qur’an bagi umat Islam
merupakan dasar ideologi dalam kehidupan keberagamaannya, termasuk di dalamnya
pemikiran tentang pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana untuk
transformasi ajaran agama kepada ummat dan generasi berikutnya (Gutek, 1988 :
145 – 162).
Menyimak kisah tentang Adam AS di atas, pertanyaan yang
muncul, bukan seperti apa sosok Adam AS itu (dalam arti fisik), bukan siapa
orang tuanya, bukan juga di mana ia tinggal. Namun pertanyaan yang saya kira
patut diajukan adalah apa pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa tersebut
untuk kehidupan kita sekarang. Anggap saja kualitas pribadi Adam yang lebih
tinggi dari malaikat dan iblis. Maka muncul pertanyaan yang kedua mengapa ia
menjadi lebih berkualitas, jawabnya karena ia mempunyai pengetahuan atau
informasi tentang al-asma’ (kemampuan memahami fenomena yang ada).
Dari
peristiwa yang amat purba itu dapat dibawa ke dalam fenomena kontemporer, bahwa
untuk menghasilkan peradaban yang maju, individu yang memenangkan persaingan
harus dimulai dengan adanya individu yang berkualitas. Dengan demikian, harus
ada lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang berkualitas
itu. Jadi konsep tentang pendidikan berkualitas itu sudah disebutkan di dalam
al-Quran, tetapi selama ini belum terungkap karena keterbatasan metodologi
untuk memahami al-Qur’an yang lebih sesuai dengan kebutuhan pemikiran Islam
kontemporer. Demikian juga dengan peristiwa-peristiwa historis lainnya yang
banyak disebutkan dalam al-Qur’an, selama ayat-ayat tersebut dibaca dengan
metodologi yang tepat (katakanlah dengan pendekatan sintetik analitik).
Cara berfikir (frame) seperti kita memahami peristiwa Adam
AS tersebut, dapat digunakan untuk memahami peristiwa-peristiwa sejarah masa
lalu kita sendiri, sejarah bangsa lain, baik yang purba atau baru saja berlalu.
Dalam konteks pendidikan Islam, kita harus mempunyai kesadaran akan arti
penting mempelajari sejarah pendidikan Islam yang pernah terjadi, kemudian
mengambil hikmahnya untuk dijadikan sarana analisis dan konstruksi pendidikan
Islam kontemporer.
Dengan demikian, satu hal penting dari belajar sejarah
adalah memahami peristiwa sejarah secara kritis-analitis, sehingga ada makna
etik yang dapat diambil dari peristiwa itu, bukan hanya sekedar menghafal
materinya dari a sampai z, bukan sekedar mengetahui tokoh-tokoh yang terlibat
di dalamnya (Rahman, 1982 : 4-20).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar