Selasa, 21 Maret 2017
Cara Penerapan Revolusi Mental dalam Kehidupan
=====================================================================================
Cara Penerapan Revolusi Mental dalam Kehidupan
Penerapan Revolusi Mental melibatkan semacam strategi
kebudayaan. Strategi kebudayaan memuat haluan umum yang berperan memberi arah
bagaimana kebudayaan akan ditangani, supaya tercapai kemaslahatan hidup
berbangsa. Strategi berisi visi dan haluan dasar yang dilaksanakan berdasarkan
tahapan, target setiap tahap, langkah pencapaian dan metode evaluasinya.
Apa yang mau dibidik oleh ‘Revolusi Mental’ adalah transformasi etos, yaitu perubahan mendasar dalam mentalitas ,cara berpikir, cara merasa dan cara mempercayai, yang semuanya menjelma dalam perilaku dan tindakan sehari-hari. Etos ini menyangkut semua bidang kehidupan mulai dari ekonomi, politik, sains-teknologi, seni, agama, dsb. Begitu rupa, sehingga mentalitas bangsa (yang terungkap dalam praktik/kebiasaan sehari - hari) lambat-laun berubah. Pengorganisasian, rumusan kebijakan dan pengambilan keputusan diarahkan untuk proses transformasi itu.
Dalam dimensi lain,
pendidikan lewat sekolah merupakan lokus untuk memulai revolusi mental. Di lain
pihak, kita tentu tidak mungkin membongkar seluruh sistem pendidikan yang ada.
Meski demikian, revolusi mental dapat dimasukkan ke dalam strategi pendidikan
di sekolah. Langkah operasionalnya ditempuh melalui siasat kebudayaan membentuk
etos warga negara (citizenship). Maka, sejak dini anak-anak sekolah perlu
mengalami proses pedagogis yang membuat etos warga negara berkembang
sebab landasan kebangsaan
Indonesia adalah kewarganegaraan. Indonesia tidak berdiri dan didirikan di atas
prinsip kesukuan, keagamaan atau budaya tertentu.
Sehingga dengan
demikian pendidikan kewarganegaraan
perlu diperkenalkan kepada siswa mulai dari usia dini. Dalam menjalankan
Revolusi Mental, pendidikan kewarganegaraan harus bersinergi dengan pendidikan
agama untuk mendukung terbentuk mental yang tangguh anak didik .
Sebagai contoh, Indonesia
adalah Negara yang bebas korupsi, maka keutamaan yang
dididik adalah kejujuran; jika sasarannya adalah kebinekaan, maka yang dididik
adalah pengakuan dan hormat pada keragaman budaya, agama, suku/etnisitas.
Proses pendidikan mesti bermuara ke corak
kebiasaan bertindak. Artinya, pendidikan diarahkan ke transformasi dari
pengetahuan diskursif (discursive knowledge) ke pengetahuan praktis (practical
knowledge). Pengetahuan diskursif tentu sangat dibutuhkan dalam mengawal secara
kritis kehidupan berbangsa-bernegara, namun biarlah sementara ini itu jadi
urusan para intelektual/cendekia. Bagi agenda ‘Revolusi Mental’, yang paling
dibutuhkan adalah pengetahuan praktis – transformasi pada tataran kebiasaan
bertindak sehari-hari para warga negara dalam lingkup dan skala seluas bangsa.
Keutamaan (virtue) adalah pengetahuan praktis.
Ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, Revolusi Mental adalah membuat
bagaimana kejujuran dan keutamaan lain-lainnya itu menjadi suatu disposisi
batin ketika siswa berhadapan dengan situasi konkret. Ketika berhadapan dengan
kesulitan saat ulangan, misalnya, siswa tidak lagi melihat kejujuran sebagai
hal terpisah dari dirinya. Dia tidak lagi berpikir apakah akan mencontek atau
tidak, karena kejujuran sudah menjadi kebiasaan, sudah menjadi habit. Kejujuran
mengalir dari dirinya. Ibarat seseorang yang mahir berenang, dia tidak lagi
perlu memikirkan ritme gerakan tangan dan kakinya. Gerakan itu menjadi bagian
dirinya ketika dia berada di air.
Konsentrasi alternatif Perubahan
1. Pendidikan di sekolah hanyalah bagian
saja dari proses pendidikan warga negara. Padahal kalau sungguh mau
dilaksanakan, Revolusi Mental harus menjadi gerakan kolosal berskala nasional.
Gerakan itu mencakup masyarakat seluas bangsa agar perilaku sosial setiap
individu menjadikan keutamaan warga negara sebagai kebiasaan.
2. Untuk itu, kita tidak perlu menunggu
adanya kebijakan. Silakan memulai dengan membangun kantung-kantung perubahan
dan menyusun siasat yang berfokus pada transformasi cara hidup sehari-hari
kelompok-kelompok warga negara. Siasat itu melibatkan gerakan rutin dalam
bentuk langkah-langkah konkret untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang punya
dampak terhadap terwujudnya kebaikan hidup berbangsa dan bernegara.
‘Revolusi Mental’
menjadi siasat integral tranformasi kebudayaan, yang dibutuhkan adalah menaruh
arti dan praksis kebudayaan ke dalam proses perubahan ragawi menyangkut praktik
dan kebiasaan hidup sehari-hari pada lingkup dan skala sebesar bangsa. Arah itu
juga merupakan resep bagi masyarakat warga untuk ikut terlibat secara ragawi
dalam memulai dan merawat revolusi mental. Jika pada awal Reformasi kita banyak
membicarakan civil society, maka inilah arti civil society yang sebenarnya:
civil society adalah gerakan para warga negara (citizens) untuk melaksanakan
transformasi secara berkelanjutan bagi pemberadaban hidup bersama yang bernama
Indonesia. Itulah ‘Revolusi Mental’.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Duga Pemilu Curang, Ramai-ramai Kyai dan Ulama Sampang Desak Bawaslu Gelar Coblos Ulang LAPORAN : NOVIYANTO AJI SABTU, 17 FEBRUARI 2024 |...