Senin, 10 Agustus 2015

10 CARA TEPAT PENERAPAN METODE KEGIATAN KEAGAMAAN

   
 Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa strategi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan (EKA) bersifat konseptual dan untuk mengimplementsikannya perlu menggunakan berbagai metode. Metode merupakan “a way in achiefing something “ (Sanjaya, 2008). Metode merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan.

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SD diantaranya metode membaca intensif, metode diskusi,  metode latihan, metode demonstrasi dan simulasi, metode bercerita atau mendongeng, metode permainan peran (role play), metode pemecahan masalah, metode observasi, metode sinema edukasi,  dan metode ekspositori.

1. Metode membaca intensif adalah medote membaca terbimbing melalui metode SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review). SQ4R merupakan metode membaca yang dapat mengembangkan metakognitif peserta didik, yaitu dengan menugaskan peserta didik untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan langkah: survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), read dengan membaca teks dan cari jawabanya, recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama), dan review dengan cara meninjau ulang menyeluruh.

2,Metode diskusi adalah memberikan altematif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam. Kelebihan metode diskusi diantaranya menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja), menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran. Namun kekurangan metode diskusi yaitu tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar; peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas; dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara; dan biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.

3.Metode latihan disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar ketrampilan-ketrampilan tertentu metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Kelebihan metode latihan yaitu dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat, dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya, dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. Sedangkan kekurangan metode latihan yaitu menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan pengertian, menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan, kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan, dapat menimbulkan verbalisme (Djamarah, 2000). Metode ini juga dapat digunakan untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.

4. Metode bercerita/mendongeng adalah penyampaian cerita dengan cara bertutur. Yang membedakan anatara bercerita dengan metode penyampaian cerita lain adalah lebih menonjol aspek teknis penceritaan lainnya. Sebagaimana phantomin yang lebih menonjolkan gerak dan mimik, operet yang lebih menonjolkan musik dan nyanyian, puisi dan deklamasi yang lebih menonjolkan syair, sandiwara yang lebih menonjol pada permainan peran oleh para pelakunya, atau monolog (teater tunggal) yang mengoptimalkan semuanya. Jadi tegasnya metode bercerita lebih menonjolkan penuturan lisan materi cerita dibandingkan aspek teknis yang lainnya.

5. Metode role playing atau permainan peran adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan peserta didik. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan peserta didik dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Peserta didik melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka.Kelebihan metode Role Playing: melibatkan seluruh peserta didik dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama, peserta didik bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh, permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda, guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap peserta didik melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan, permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

6. Metode observasi adalah metode pengamatan dengan cara mengamati suatu objek tertentu, misal kegiatan, benda atau lokasi tertentu misalnya museum, situs wisata dll.
 Keunggulannya yaitu dapat mengamati kenyataan beraneka ragam dari dekat, menghayati pengalaman baru dengan turut dalam kegiatan, menjawab masalah dengan melihat, mendengarkan dan membuktikan, memperoleh informasi dengan wawancara, mempelajari sesuatu dengan integral dan komprehensif. Namun kelemahan metode ini adalah memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak, memerlukan pengawasanyang lebih dekat, memerlukan biaya yang tidak sedikit.


7. Metode simulasi atau demonstrasi adalah metode yang diterapkan dengan cara mempraktikkan atau menampilkan keterampilan yang diperoleh dari hasil belajar. Metode ini digunakan untuk materi pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan keterampilan. Materi pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sikap dan kesadaran diri juga dapat menerapkan metode ini. metode ini dapat mengembangkan penghayatan peserta didik.

8. Metode sinema edukasi adalah metode pembelajaran dengan memanfaatkan media film atau video sebagai penyampai pesan. Film atau video yang dipilih berdasarkan tema atau tujuan pembelajaran. Melalui film, peserta mengamati dan menghayati pesan yang disampaikan. Metode ini melibatkan aspek emosi dan kognitif peserta didik sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan keterampilan peserta didik.

9. Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.Adapun keunggulan metode problem solving adalah dapat melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreati, memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berfikir peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. Sedangkan kelemahan metode problem solving adalah beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan peserta didik untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebu, memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.


10. Metode ekspositori  atau metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Metode ekspositori atau ceramah memiliki beberapa kelebihan yaitu: guru/pembina mudah menguasai kelas, mudah dilaksanakan, dapat menjangkau peserta didik dalam jumlah besar, pembina mudah menerangkan materi yang cukup banyak.  Namun demikian, metode ini memiliki kekurangan yaitu: kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata), peserta didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya, bila terlalu lama dapat membosankan, sulit mengontrol capaian belajar peserta didik, dan menyebabkan peserta didik pasif (Djamarah, 2000)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Duga Pemilu Curang, Ramai-ramai Kyai dan Ulama Sampang Desak Bawaslu Gelar Coblos Ulang LAPORAN :  NOVIYANTO AJI SABTU, 17 FEBRUARI 2024 |...