Pendahuluan
Membaca merupakan salah
satu cara penyerapan informasi dan ilmu pengetahuan yang menggunakan beberapa
indera secara bersama. Dengan membaca dapat menentukan berhasil atau tidaknya
proses belajar mengajar yang diharapkan. Dengan membaca, berarti dapat
mengintegrasikan tanda-tanda, simbol atau lambang dalam bahasa yang dipahami
oleh pembaca. Berdasarkan fakta bahwa kondisi Indonesia tentang budaya membaca
sangat rendah. Ini dibuktikan dari hasil penelitian pada Harian Kompas bahwa
masyarakat Indonesia menempati peringkat paling rendah diantara 52 Negara di
Asia Timur tentang budaya membaca. Hal ini berarti, masih rendahnya budaya
membaca masyarakat Indonesia. Padahal kita ketahui bahwa membaca merupakan hal
penting bagi masyarakat untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang
dunia.
Kurangnya minat membaca dikalangan siswa di Indonesia
karena terbatasnya pasilitas pendidikan
dan kita lebih banyak menekankan siswa untuk mendengar . Oleh sebab
itu, perlu dibudayakan membaca dalam lingkungan masyarakat dan terkhusus
sekolah. Budaya membaca disekolah perlu di kembangkan agar siswa dapat
membiasakan diri untuk membaca. Untuk melaksanakan pembiasaan ini tidak hanya
dari siswa saja namun, perlu dilakukan juga oleh beberapa pihak seperti guru,
orang tua dan pemerintah berkewajiban dalam mengembangkan minat membaca siswa.
Dalam hal ini, dikembangkan sebuah program dengan nama “Gerakan Literasi
Sekolah” / GLS.
kegiatan literasi di sekolah menjadi hal
penting saat ini. Berdasarkan hasil studi The Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD)
(2012), menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam bidang literasi masih
tertinggal dari Negara lain, yaitu berada di peringkat 61. Berdasarkan hasil
penelitian Faradina (2017) menunjukkan bahwa program literasi sekolah
berpengaruh terhadap minat membaca siswa dan terjadi hambatan saat membaca
nyaring, membaca dalam hati, kegiatan pojok baca kelas dan penghargaan sebagai
peminjam buku teraktif dari 126 sampel sekitar 36,06% menjawab iya dan 63,94%
menjawab tidak. Ini berarti masih rendahnya minat membaca siswa dan sarana
prasarana untuk mendukung program GLS tersebut. Selain itu, menurut Mitasari
(2017) bahwa kegiatan literasi di SDN Gumpang 1 berperan dalam memotivasi siswa
untuk menyukai kegiatan membaca dan menulis, hambatan pihak sekolah dalam
meningkatkan minat membaca dan menulis siswa kelas atas melalui kegiatan
literasi yakni kedisiplinan, pembiasaan siswa, minat dan metode yang diterapkan
guru serta upaya pihak sekolah untuk meningkatkan minat membaca dan menulis
siswa kelas atas melalui kegiatan literasi adalah pihak sekolah selalu
memberikan sosialisasi mengenai kegiatan literasi, mengenalkan pentingnya
menumbuhkan minat dan mengadakan lomba-lomba sebagai wadah siswa untuk
berpartisipasi aktif.
Dari berbagai penelitian
diatas, menerangkan bahwa gerakan literasi sekolah dengan membudayakan literasi
di sekolah sangatlah penting. Gerakan literasi sekolah (GLS) adalah kemampuan
mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui
berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis dan atau
berbicara (Faizah, 2016). Kompetensi literasi menjadikan manusia secara
fungsional mampu membaca, menulis terdidik secara cerdas dan menunjukkan
apresiasi terhadap sastra (Alwasilah, 2012). Upaya yang ditempuh untuk
mewujudkan berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan
dengan kegiatan 15 menit membaca baik di awal, tengah atau sebelum berakhirnya
pembelajaran. Apabila pembiasaan telah terbentuk di sekolah, maka diarahkan ke
tahap pengembangan dan pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, semua warga sekolah
bersama-sama harus memiliki minat untuk membaca sehingga mampu pembiasaan dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan penjelasan
diatas, literasi berperan penting dalam meningkatkan minat membaca siswa.
Dengan literasi ini, siswa dapat memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang
luas, sehingga tercipta generasi yang literat. Oleh sebab itu, penulis meneliti
bagaimana IMPLIMENTASI budaya literasi dalam rangka meningkatkan minat membaca
siswa.
Pembahasan
Literasi
Literasi diartikan
sebagai kemampuan membaca dan menulis. Seseorang dikatakan literat apabila
telah memiliki pengetahuan yang hakiki untuk diugnakan dalam setiap kegiatan
yang menuntut fungsi literasi secara efektif di masyarakat sehingga dengan
membada dan menulis dalam bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
Seperti yang dituangkan dalam Depdiknas (2004) literasi diartikan sebagaki
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan tidak untuk dapat sekedar hidup
dari segi finansial, tetapi juga sebagai suatu yang dibutuhkan untuk
mengembangkan diri secara social, ekonomi, dan budaya dalam kehidupan modern.
Literasi merupakan
kemampuan individu untuk menggunakan potensi dan kemampuan yang dimilikinya
selain kemampuan baca tulis. Menurut National Institut for Literacy (UNESCO,
2006) literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara,
menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam
pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Literasi merupakan salah satu kegiatan 15
menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Hal ini
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2015
yang berbunyi “pembiasaan adalah serangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa, guru dan tenaga kependidikan yang bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan
yang baik dan membentuk generasi berkarakter positif”. Dengan membiasakan hal
baik pada siswa maka akan menjadikan mereka terbiasa melakukan hal tersebut.
Dengan kegiatan membaca setiap hari maka siswa akan menjadi terbiasa untuk
membaca baik di sekolah, rumah maupun lingkungan sekitar.
Minat
Baca
Minat merupakan
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, dan keinginan
(Depdiknas, 2001). Dengan sesuatu yang ditimbulkan baik dari dalam maupun luar
diri seseorang tentang suatu kete rtarikan akan termotivasi dalam mencapai
keberhasilan seseorang. Minat ditandai dengan rasa suka dan terkait dengan
suatu hal aktivitas atau kegiatan tanpa ada yang menyuruh. Ini berarti bahwa
minat terjadi karena adanya penerimaan akan suatu hubungan antar diri sendiri
dengan sesuatu diluar dirinya. Menurut Noeng Muhajir, minat adalah
kecenderungan afektif (perasaan, emosi) seseorang untuk membentuk aktifitas.
Disini minat melibatkan kondisi psikis (kejiwaan) seseorang (Dwi Sunar
Prasetyono, 2008). Senada dengan Crow and Crow (Dwi Sunar Prasetyono, 2008)
menjelaskan minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang
menaruh perhatian pada orang lain atau objek lain.
Minat berarti sesuatu
rasa yang membuat kita termotivasi untuk melakukan sesuatu sehingga kita bisa
menjadikan kegiatan itu menjadi suatu kebiasaan atau hobi. Apabila seseorang
telah tertarik dengan hal tersebut maka akan timbul kepuasan pada dirinya. Dari
beberapa pendapat diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa minat adalah
suatu rasa lebih suka atau tertarik pada suatu kegiatan tanpa ada paksaan dan
diikuti rasa senang.
Membaca merupakan salah
satu dari empat keterampilan berbahasa yang diajarkan di sekolah. Membaca
adalah kegiatan reseptif yang berbentuk penyerapan. Dalam kegiatan membaca,
pikiran dan mental dilibatkan secara aktif tidak hanya aktivitas fisik saja.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:83), membaca merupakan suatu
kegiatan melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis. Membaca juga
merupakan suatu proses yang hendak disampaikan penulis melalui media
kata-kata/bahasa tulis. Dengan kata lain, membaca adalah menarik suatu
kesimpulan dari pemahaman kata-kata yang terkadung di dalam bahasa tulis.
Membaca merupakan suatu
kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti
mengenali huruf dan kata-kata, dan menghubungkan dengan bunyi serta maknanya,
serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan (Akhadiah, 1991). Ini berarti
membaca adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Berdasarkan dari beberapa
pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan/aktivitas
yang mencakup semua kegiatan dan melibatkan panca indera. Dengan membaca kita
memperoleh pesan atau informasi dari penulis.
Minat membaca tidak bisa
muncul begitu saja tetapi melalui proses yang panjang dan berkesinambungan.
Minat membaca adalah pengertian dan keinginan untuk membaca dan memperoleh
informasi demi kepuasan sendiri. Menurut Farida Rahim (2011), mengemukakan
bahwa minat baca ialah keinginan yang kuat dan diwujudkan dengan kesediaan untuk
mendapat bahan bacaan dan kesadaran untuk membacanya.
Dari berbagai pengertian
diatas, minat baca dapat diartikan suatu rasa suka atau tertarik untuk
melakukan kegiatan membaca yang didorong dari dalam diri sendiri sehingga
menjadi suatu kebiasaan.
Budaya
Literasi dalam Meningkatkan Minat membaca Siswa
Membaca merupakan suatu
pekerjaan atau profesi. Menurut Steve Stahl yang dilkutip oleh John W Santrok
membaca dapat membantu siswa dalam mengenali kata secara otomatis, memahami
teks, dan termotimotivasi untuk membaca dan mengapresiasi bacaan. Factor-faktor
yang mempengaruhi minat baca siswa (Parida, 2012) adalah sebagai berikut:
1.
Faktor Fisiologis
Factor fisiologis
mencakup kesehatan fisik, perkembangan neurologis dan jenis kelamin. Apabila
kelelahan anak akan sulit untuk belajar, terutama membaca. Hal-hal yang ada
dalam psikologis adalah motivasi, tingkat keterlibatan tekanan serta sosio dan
emosi.
·
Faktor Intelektual
Intelegensi anak tidak
sepenuhnya mempengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam membaca, karena ada
hubungan yang positif antara IQ rendah dan rata-rata remedial membaca.
·
Faktor Lingkungan
Factor lingkungan
mempengaruhi kemampuan membaca anak karena mencakup latar belakang dan
pengalaman anak dirumah. Penyediaan buku bagi keluarga juga menjadi factor
penting dalam mengembangkan minat membaca siswa.
Ciri-ciri seorang anak
mempunyai minat baca tinggi yaitu sebagai berikut:
1.
Senantiasa berkeinginan untuk membaca
2.
Senantiasa bersemangat saat membaca
3.
Mempunyai kebiasaan dan kontinuitas dalam membaca
4.
Memanfaatkan setiap peluang waktu untuk membaca
5.
Memiliki buku bacaan
6.
Mencari bahan bacaan, baik di perpustakaan maupun rumah
7.
Memiliki tujuan ketika membaca
8.
Mencatat atau menandai hal penting dalam membaca
9.
Memiliki kesadaran bahwa membaca berarti telah belajar
10.
Mendiskusikan hasil bacaan
Dalam membaca ada
beberapa tahapan dalam perkembangan membaca seperti yang dikutip oleh Mercer,
yaitu:
1.
Kesiapan membaca
2.
Membaca permulaan
3.
Keterampilan membaca cepat
4.
Membaca luas
5.
Membaca yang sesungguhnya
Dalam meningkatkan minat
baca siswa, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan, yaitu:
1.
Tumbuhkan minat baca sejak dini, dengan bermain sambil membaca
2.
Sediakan buku-buku yang diminati oleh anak
3.
Jangan memaksa anak untuk selalu membaca
4.
Letakkan buku yang disukai oleh anak di tempat yang mudah
dijangkau oleh anak, atau sudut ruang dalam kelas, perpustakaan, atau taman
sekolah
5.
Pilih buku yang mendidik anak kepada hal-hal yang baik
6.
Biasakan anak saling tukar buku satu sama lain, seperti meminjam
di perpustakaan
7.
Jangan pernah menyerah mengupayakan sesuatu untuk anak.
Penutup
Minat baca pada siswa
akan mudah dikembangkan dengan menerapkan budaya literasi pada sekolah dengan
memberikan kesempatan menggunakan waktu dan ruang pada siswa. Hal ini dapat
dilakukan dengan membuat sudut baca, mengajak siswa untuk membawa buku kesukaan,
bertukar buku dengan teman, atau dengan cara lain. Guru dapat memfasilitasi
siswa sehingga siswa akan tumbuh minat baca mereka.
Daftar
Pustaka
Akhadiah, S. 1991. Bimbingan kemampuan menulis bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Alwasilah, A.C.
2012. Pokoknya rekayasa
literasi. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Depdiknas. 2001. Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, buku 1 konsep dan
pelaksanaan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Depdiknas. 2004. Pendekatan kontekstual: contextual teaching and learning (CTL). Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama
Faizah, Dewi, dkk.
2016. Panduan gerakan literasi
sekolah di sekolah dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Faradina, N. 2017. Peran
program gerakan literasi sekolah terhadap minat membaca siswa di SD Islam
Terpadu Muhammadiyah. Jurnal Hanata Widya. Vol
6(8). Klaten: Universitas Negeri Yogyakarta.
Farida, H. 2007. Pengajaran membaca di Sekolah Dasar. Ed.2.
Jakarta: Bumi Aksara
Mitasari, S.L.
2017. Peran kegiatan literasi
dalam meningkatkan minat membaca dan menulis siswa kelas atas di SDN Gumpang 1.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
Parida, A. 2012. Studi kasus penggunaan perpustakaan dalam meningkatkan minat
baca siswa sekolah An-Nisaa Pondok Aren Bintaro.
Skripsi. Jakarta: FAH UIN Syarif Hidayatullah.
Tulisan ini dikompilasi dari tulisan Sri Sunarti Mpd BDK Palembang
Tulisan ini dikompilasi dari tulisan Sri Sunarti Mpd BDK Palembang
Prasetyono, D,S.
2008. Rahasia mengajarkan gemar
membaca pada anak sejak dini. Yogyakarta: Think.
UNESCO. 2006. Education for all global monitoring report 2006.
Paris: UNESCO
http://www.unesco.org/education/GMR2006/full/chapt6_eng.pdf
diakses 16 Januari 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar