Selasa, 29 Agustus 2017

Memahami Makna (hikmah) dari Peristiwa Masa Lalu

Memahami Makna (hikmah) dari Peristiwa Masa Lalu 
Kesadaran sejarah akan masuk dalam frame pemikiran seseorang, manakala ia mengakui bahwa setiap peristiwa-peristiwa masa lalu itu mempunyai makna atau nilai untuk memahami atau membangun peristiwa yang terjadi masa sekarang (Palmer, 2003 : 208 – 228). Konstruksi sosial dan intelektual yang dibangun dengan cara melibatkan peristiwa atau tradisi masa lalu cenderung menghasilkan model konstruksi yang santun dan akomodatif, tidak frontal. 


Lahirnya model pemikiran yang dikotomis, seperti model pendekatan tradisional-modern, gerakan pembaharuan, atau puritanisme yang berkembang selama ini dan terkesan agak frontal dan kurang kompromi terhadap tradisi yang ada, itu lebih disebabkan kurang ada kesadaran sejarah sebagaimana saya utarakan di atas. Gerakan atau pemikiran modern yang tidak didasari dengan kesadaran sejarah tinggi cenderumg menghasilkan  arogansi intelektual.

Bila arogansi intelektual ini tidak dapat terkendali dengan baik dan kemudian mendapat respon massa secara fanatik, maka yang terjadi adalah konflik sosial. Jika konflik sosial tidak dapat dikelola secara proporsional dan profesional, tentu akan berakibat fatal terhadap perkembangan peradaban umat manusia. Jadi, dengan adanya kesadaran kolektif akan arti penting sejarah yang telah terjadi dan kemampuan mengambil hikmah di balik realitas sejarah merupakan kunci utama untuk membangun peradaban kontemporer, termasuk pendidikan Islam yang aktual, faktual dan responsif terhadap tuntutan idealitas dan kebutuhan perubahan zaman.

Demikianlah gagasan yang ingin saya sampaikan, sekedar untuk menjadi sentilan-sentilan awal bagi para ilmuwan pendidikan Islam. Dengan sentilan itu, saya berharap akan timbul kesadaran baru untuk membangun konstruksi keilmuan pendidikan Islam yang lebih mempunyai akar dari ajaran dan tradisi umat Islam sendiri, walaupun juga tetap memanfaatkan tradisi di luar Islam.

 Namun yang terpenting adalah jangan sampai kita menjadi pihak yang tersubordinasikan oleh tradisi di luar Islam yang merugikan kita. Oleh karena itu saya menganjurkan untuk menggali al-Quran dan Hadits dengan metodologi yang lebih berani memberikan interpretasi dan dalam konteks konstruksi keilmuan (paradigma Islam) daripada sekedar mengikuti metodologi yang telah ada dan cenderung  menjadikan kita berada pada “persimpangan jalan”.

Daftar Pustaka
Abdullah, Abdurrahman Saleh. 1990. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta
Abdullah, Amin. 2001. “al-Ta`wil al-`Ilmi: Kearah Perubahan Paradigma Pebafsiran Kitab Suci”  Jurnal al-Jami’ah, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Volume 39
____________. 1998. “Problem Epistemologis-Metodologis Pendidikan Islam”, dalam, Abdul Munir Mulkan (Ed.), Relegiusitas Iptek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Barbaur, Ian G. 1971. Issues in science and Relegion. New York: Harper & Row
Berger, Peter L. 1990. Tafsir Sosial Atas Kenyataan, Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan, ter. Hasan Basari. Jakarta: LP3ES
Esack, Farid. 1997. Qur’an, Libarition and Pluralism. Oxford: Oneworld

Gutek, Gureald L. 1988. Philosophical and Ideological Perspectives on Education. New Fersey: Englewood Cliffs

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Duga Pemilu Curang, Ramai-ramai Kyai dan Ulama Sampang Desak Bawaslu Gelar Coblos Ulang LAPORAN :  NOVIYANTO AJI SABTU, 17 FEBRUARI 2024 |...