Penerapan Pembelajaran
Tematik
Pembelajaran tematik
menggunakan daya pikir yang baik, karena berpikir dianggap sebagai suatu proses
kognitif dalam memperoleh pengetahuan. Proses berpikir dihubungkan dengan pola
perilaku dalam mengembangkan pengalaman dan pengetahuannya. Setiap orang
memiliki pengaturan dari dari dalam (self-regulation) yang berkembang
sepanjang hidupnya seperti kematangan pengalaman, dan transmisi sosial dan
ekuilibrasi. Dalam mengkonstruksi pengetahuannya, anak
dapat
melakukannya dengan baik, jika ia diberi peluang untuk dapat aktif berinteraksi
dalam pembelajaran, baik dengan guru, media pengajaran, lingkungan sosial, dan
sebagainya.
Dengan
belajar secara aktif, anak dapat mengolah bahan belajar, bertanya secara aktif,
dan mencerna bahan dengan kritis, sehingga mampu memecahkan permasalahan,
membuat kesimpulan dan bahkan merumuskan suatu rumusan menggunakan kata-kata
sendiri. Peran guru bukan hanya sebagai pentransfer ilmu pengetahuan saja
tetapi sebagai fasilitator dan motivator bagi keberhasilan anak dalam
mengkonstruksi pengetahuannya.Pembelajaran tematik membuka peluang yang sangat
besar untuk penciptaan situasi belajar tersebut, dimana guru bertindak sebagai
fasilitator dan motivator sementara siswa aktif membangun pengetahuannya berdasarkan
serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran tematik memberi
kesempatan pada siswa dalam rangka menemukan dan membangun pengetahuannya,
dengan memberikan keleluasaan pada siswa untuk mengungkapkan gagasannya,
pemikirannya, dan rasa keingintahuannya akan objek belajar yang dipelajarinya,
baik secara lisan dan tulisan. Disini peranan guru sebagai jembatan antara anak
dengan pengetahuan untuk meminimalkan terjadinya miskonsepsi anak terhadap
suatu konsep atau materi pelajaran.
Pemilihan tema harus dipilih sesuai dengan perkembangan siswa termasuk minat, kebutuhan dan kemampuannya. Topik untuk pembelajaran tematik dapat berasal dari beberapa sumber misalnya kurikulum, isu-isu, minat siswa dan literatur lainnya. Menurut Hilda (2003), dalam pemilihan tema hendaknya tidak terlalu luas, bermakna, sesuai dengan perkembangan psikologis anak, mempertimbangkan peristiwa otentik, mempertimbangkan kurikukulum, dan mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. Dalam pembelajaran tematik, siswa dapat mengembangkan keterampilan. Sedangkan, dalam pembelajaran terpadu, siswa dapat dilibatkan dalam memilih tema yang akan dilakukan, dalam tahap brainstorming, dimana siswa dan guru bersama-sama menentukan tema dan bahan kajian apa yang dapat dikaitkan dengan tema tersebut yang akan dipelajari dari berbagai mata pelajaran yang berbeda, untuk disepakati dan dikembangkan dalam proses pembelajaran.
Pemilihan tema harus dipilih sesuai dengan perkembangan siswa termasuk minat, kebutuhan dan kemampuannya. Topik untuk pembelajaran tematik dapat berasal dari beberapa sumber misalnya kurikulum, isu-isu, minat siswa dan literatur lainnya. Menurut Hilda (2003), dalam pemilihan tema hendaknya tidak terlalu luas, bermakna, sesuai dengan perkembangan psikologis anak, mempertimbangkan peristiwa otentik, mempertimbangkan kurikukulum, dan mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. Dalam pembelajaran tematik, siswa dapat mengembangkan keterampilan. Sedangkan, dalam pembelajaran terpadu, siswa dapat dilibatkan dalam memilih tema yang akan dilakukan, dalam tahap brainstorming, dimana siswa dan guru bersama-sama menentukan tema dan bahan kajian apa yang dapat dikaitkan dengan tema tersebut yang akan dipelajari dari berbagai mata pelajaran yang berbeda, untuk disepakati dan dikembangkan dalam proses pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar