Tujuan Proses belajar
mengajar ( PBM ) menitik beratkan upaya agar materi pelajaran mudah dipelajari,
diinternalisasi, dihayati, ditransfer, dan dilaksanakan dalam kehidupan nyata.
Untuk mencapai tujuan PBM tersebut maka seorang pendidik atau guru perlu
memiliki kiat – kiat sendiri yang sudah tentu tidak sama satu dengan yang lain.
Keberhasilan seorang guru dalam mengajar ditentukan oleh beberapa faktor,baik
faktor internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri atas motivasi,
kepercayaan diri, dan kreativitas guru itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal
lebih ditekankan kepada sarana serta iklim sekolah yang bersangkutan.
Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta/berkreasi. Tidak ada satu pun
pernyataan yang dapat diterima secara umum mengenai mengapa suatu kreasi
timbul.
Kreativitas sering dianggap terdiri dari 2 unsur, Pertama: Kefasihan yang ditunjukkan oleh kemampuan menghasilkan sejumlah besar gagasan pemecahan masalah secara lancar dan cepat. Kedua: Keluwesan yang pada umumnya mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah (Mulyasa, 2006). Istilah kreativitas digunakan untuk mengacu pada kemampuan individu yang mengandalkan keunikan dan kemahirannya untuk menghasilkan gagasan baru dan wawasan segar yang sangat bernilai bagi individu tersebut. Kreativitas dapat juga dianggap sebagai kemampuan untuk menjadi seorang pendengar yang baik, yang mendengarkan gagasan yang datang dari dunia luar dan dari dalam diri sendiri atau dari alam bawah sadar. Oleh karena itu, kreativitas lebih tepat didefinisikan sebagai suatu pengalaman untuk mengungkapkan dan mengaktualisasikan identitas individu seseorang secara terpadu dalam hubungan eratnya dengan diri sendiri, orang lain, dan alam Kreativitas dalam pembelajaran, juga merupakan hal yang sangat penting dan untuk itu guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut. Kreativitas juga merupakan proses berpikir dan bertindak kreatif dengan menghasilkan sesuatu yang setidaknya baru, bernilai, dan bermakna baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kreativitas pada dasarnya merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang, yakni berupa kemampuan untuk mencipta (daya cipta) dan berkreasi. Implementasi dari kreativitas seseorang pun tidaklah sama, bergantung kepada sejauh mana orang tersebut mau dan mampu mewujudkan daya ciptanya menjadi sebuah kreasi ataupun karya. Dalam hal ini seorang guru misalnya harus mampu mengoptimalkan kreativitasnya, khususnya yang tertuang dalam sebuah bentuk pembelajaran yang inovatif. Artinya, selain menjadi seorang pendidik, seorang guru pun harus bisa menjadi seorang kreator. Sebagai contoh, kreativitas yang bisa diterapkan oleh seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, adalah dengan menciptakan sebuah model pembelajaran yang dekat dengan keseharian siswa secara nyata, yang sekarang ini kita kenal dengan RME (Realistic Matematics Education ). Pembelajaran yang kreatif dan inovatif, cukup ampuh untuk memotivasi siswa dalam berkarya, dan ketika siswa mendapatkan sesuatu yang baru dan mereka menyukainya, maka besar kemungkinan motivasi mereka dalam mempelajari hal yang lainnya akan terus meningkat. Karena itu, apa pun bidang studi yang digelutinya dan bagaimanapun pelajaran tersebut disampaikan, maka kreativitas sangat diperlukan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Makalah ini berupaya untuk mengungkapkan permasalahan bagaimana mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran matematika ? Dan diharapkan pembahasan ini dapat memberikan kontribusi positif bagi guru untuk meningkatkan krativitasnya sehingga siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.
Kreativitas sering dianggap terdiri dari 2 unsur, Pertama: Kefasihan yang ditunjukkan oleh kemampuan menghasilkan sejumlah besar gagasan pemecahan masalah secara lancar dan cepat. Kedua: Keluwesan yang pada umumnya mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah (Mulyasa, 2006). Istilah kreativitas digunakan untuk mengacu pada kemampuan individu yang mengandalkan keunikan dan kemahirannya untuk menghasilkan gagasan baru dan wawasan segar yang sangat bernilai bagi individu tersebut. Kreativitas dapat juga dianggap sebagai kemampuan untuk menjadi seorang pendengar yang baik, yang mendengarkan gagasan yang datang dari dunia luar dan dari dalam diri sendiri atau dari alam bawah sadar. Oleh karena itu, kreativitas lebih tepat didefinisikan sebagai suatu pengalaman untuk mengungkapkan dan mengaktualisasikan identitas individu seseorang secara terpadu dalam hubungan eratnya dengan diri sendiri, orang lain, dan alam Kreativitas dalam pembelajaran, juga merupakan hal yang sangat penting dan untuk itu guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut. Kreativitas juga merupakan proses berpikir dan bertindak kreatif dengan menghasilkan sesuatu yang setidaknya baru, bernilai, dan bermakna baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kreativitas pada dasarnya merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang, yakni berupa kemampuan untuk mencipta (daya cipta) dan berkreasi. Implementasi dari kreativitas seseorang pun tidaklah sama, bergantung kepada sejauh mana orang tersebut mau dan mampu mewujudkan daya ciptanya menjadi sebuah kreasi ataupun karya. Dalam hal ini seorang guru misalnya harus mampu mengoptimalkan kreativitasnya, khususnya yang tertuang dalam sebuah bentuk pembelajaran yang inovatif. Artinya, selain menjadi seorang pendidik, seorang guru pun harus bisa menjadi seorang kreator. Sebagai contoh, kreativitas yang bisa diterapkan oleh seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, adalah dengan menciptakan sebuah model pembelajaran yang dekat dengan keseharian siswa secara nyata, yang sekarang ini kita kenal dengan RME (Realistic Matematics Education ). Pembelajaran yang kreatif dan inovatif, cukup ampuh untuk memotivasi siswa dalam berkarya, dan ketika siswa mendapatkan sesuatu yang baru dan mereka menyukainya, maka besar kemungkinan motivasi mereka dalam mempelajari hal yang lainnya akan terus meningkat. Karena itu, apa pun bidang studi yang digelutinya dan bagaimanapun pelajaran tersebut disampaikan, maka kreativitas sangat diperlukan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Makalah ini berupaya untuk mengungkapkan permasalahan bagaimana mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran matematika ? Dan diharapkan pembahasan ini dapat memberikan kontribusi positif bagi guru untuk meningkatkan krativitasnya sehingga siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.
Pembahasan
Menurut Gordon dalam Joice and Weill dalam Sukadi (2006)
mengemukakan empat prinsip dasar sinektik yang menentang pandangan lama tentang
kreativitas. 1. Kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan
sehari – hari Hampir semua manusia berhubungan dengan proses kreativitas, yang
dikembangkan melalui seni atau penemuan – penemuan baru. Gordon menekan bahwa
kreativitas merupakan bagian dari kehidupan kita sehari – hari dan berlangsung
sepanjang hayat dan juga menekankan bahwa ide – ide yang bermakna dapat
ditingkatkan melalui aktivitas kreatif untuk memperkaya pemikiran. 2. Secara
tradisional kreativitas dipandang sebagai sesuatu yang misterius, bawaan sejak
lahir, yang bisa hilang setiap saat. Gordon yakin jika memahami landasan proses
kreativitas, individu dapat belajar untuk menggunakan pemahamannya guna
meningkatkan kreativitas dalam kehidupan dan pekerjaan, baik secara pribadi
maupun sebagai anggota kelompok. Proses kreatif bukanlah sesuatu yang
misterius. Hal tersebut dapat dideskripsikan dan mungkin membantu orang secara
langsung untuk meningkatkan kreativitasnya Gordon juga memandang bahwa
kreativitas didorong oleh kesadaran yang memberi petunjuk untuk
mendieskripsikan dan menciptakan prosedur latihan yang diterapkan di sekolah
atau lingkungan lain. 3. Penemuan kreatif sama dalam semua bidang, baik dalam
bidang seni, ilmu, maupun dalam rekayasa dan ditandai oleh beberapa proses
intelektual.Ide ini bertentangan dengan keyakinan umum, yang memandang
kreativitas terbatas pada bidang seni. Padahal ilmu dan rekayasa juga merupakan
penemuan manusia. 4. Gordon menunjukkan bahwa berpikir kreatif baik secara
individu maupun kelompok, adalah sama yang menurunkan ide-ide dan produk dalam
berbagai hal. Hal ini menentang pandangan yang mengemukakan bahwa kreativitas
adalah pengalaman pribadi. Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik , melalui berbagai interaksi
dan pengalaman belajar. Namun dalam pelaksanaannya seringkali kita tidak sadar,
bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan justru menghambat
aktivitas dan kreativitas peserta didik. Apa yang diungkapkan diatas dapat
dilihat dalam proses pembelajaran dikelas yang pada umumnya lebih menekankan
pada aspek kognitif, sehingga kemampuan mental yang dipelajari sebagian besar
berpusat pada pemahaman bahan pengetahuan, dan ingatan. Dalam situasi yang
demikian, biasanya peserta didik dituntut untuk menerima apa – apa yang
dianggap penting oleh guru dan menghapalnya. Guru pada umumnya kurang
menyenangi suasana pembelajaran yang para peserta didiknya banyak bertanya
mengenai hal – hal diluar konteks yang dibicarakan. Dengan kondisi yang demikian,maka
aktivitas dan kreativitas para peserta didik terhambat atau tidak dapat
berkembang secara optimal. Menurut Gibbs dalam Suryosubroto (1996) berdasarkan
berbagai penelitiannya menyimpulkan bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan
cara : 1. Memberi kepercayaan, 2. Komunikasi yang bebas, 3. Pengarahan diri, 4.
Pengawasan yang tidak terlalu ketat. Hasil penelitian tersebut dapat diterapkan
atau ditransfer dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik akan
lebih kreatif jika : 1. Dikembangkan rasa percaya diri pada peserta didik, dan
tidak ada perasaan takut. 2. Diberi kesempatan untuk berkomunikasi ilmiah secar
bebas dan terarah. 3. Dilibatkan dalam menentukan tujuan dan evaluasi belajar.
4. Diberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter. 5.
Dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara
keseluruhan. Penilaian terhadap kreativitas juga berbeda-beda dari
individu-individu yang memandang kreativitas seseorang berdasarkan apa yang ada
pada diri orang bersangkutan (seperti kemampuan, keterampilan atau juga
pemikiran). Ciri hakiki terletak pada kreativitas terpuji, yaitu suatu
kemampuan manusia menciptakan yang terbaik sesuai dengan keadaan, minat, dan
kemampuan dirinya sehingga mampu menampilkan kreativitas terpuji yang
menyejukkan, menyenangkan, menumbuhkembangkan rasa adil dan damai di antara
sesama manusia yang sampai pada makna yang paling tinggi yaitu bernilai indah.
Menurut Prof. Dr. H. Engkoswara (1999) mengemukakan, guru adalah seorang tenaga
pendidik yang bekerja menyampaikan ilmu pengetahuan (kognitif), mengembangkan
sikap kepribadian (afektif), serta memberikan bekal keterampilan (psikomotor)
kepada peserta didik, dalam ruang lingkup organisasi pendidikan di tingkat
sekolah. Guru juga merupakan "ujung tombak" kegiatan belajar-mengajar
(KBM) di kelas atau sebagai orang yang mengemban dan mengembangkan berbagai
bentuk pemikiran, yang terkandung dalam kurikulum pendidikan serta berbagai
aturan atau pedoman yang berkaitan dengan KBM di sekolah. Dengan demikian
diperlukan komprehensivitas diri dari para guru antara lain, pemikiran,
kemampuan, disiplin dan motivasi kerja, serta kreativitas kerja yang diperlukan
agar mencapai hasil yang maksimal menuju tercapainya tujuan pendidikan.
Kreativitas guru akan muncul jika : 1. Berfungsinya sumber-sumber yang tersedia
dan dapat mendukung pengembangan profesional guru secara berkesinambungan, 2.
Tersedia waktu untuk aktivitas pengembangan bakat, minat, dan potensi yang
dimilikinya, 3. Adanya aktivitas yang dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
lingkungan yang luas, 4. Adanya pembahasan hasil-hasil penelitian untuk
meningkatkan kinerja 5. Adanya penghargaan kepada guru dan karyawan dalam
berbagai aktivitas, 6. Adanya norma-norma atau aturan yang memuat tentang
ketentuan punishment atau reward, sehingga guru dapat mencurahkan ide atau
gagasannya, 7. Adanya peninjauan ulang secara berkala struktur insentif
terhadap guru.
Harapan guru terhadap pemimpinnya dalam rangka pengembangan
kreativitas adalah : 1. Dapat dijadikan panutan, 2. Netral (tidak pilih kasih)
objektif dan konsisten, 3. Bertindak atas dasar sistem nilai, bukan like and
dislike, 4. Sistem yang digunakan bersifat adil, 5. Menindaklanjuti hasil rapat
dan memonitor pelaksanaannya, 6. Tidak bersifat otoriter dan monopolistis
tetapi bersifat demokratis dan partisipatif, 7. Menitikberatkan pengembangan
SDM (seminar, lokakarya, penataran, studi banding, diklat, penulisan karya
ilmiah, klub baca dll ), 8. Menggerakkan SDM yang memiliki keca kapan,
motivitas dan kreativitas maksimal untuk : • Mengatasi kelemahan-kelemahan
sekolah, • Menyesuaikan program sekolah secara terus-menerus untuk berkompetisi
di masyarakat yang dinamis (inovatif), • Menciptakan kondisi yang kondusif,
harmonis di antara sesama warga sekolah sehingga tercipta perasaan nyaman dan
tenteram, • Mengajak orang-orang biasa menjadi luar biasa. Bentuk kegiatan yang
dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan kreativitas guru adalah : 1.
Melakukan kegiatan yang positif dan kreatif melalui suatu kegiatan yang disebut
pekan kreativitas guru (sejalan dengan pengembangan kreativitas siswa yang
diprogramkan dinas pendidikan), 2. Bentuk pekan kreativitas bisa berupa, bazar,
pameran pendidikan, berbagai kegiatan lomba, bakti sosial, studi wisata,
seminr, pentas seni, dll. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan sekolah
adalah menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran seperti
ini diharapkan dapat mengurangi beban peserta didik dalam belajar. Keinginan
mereka untuk datang dan belajar di sekolah saja sudah untung, ketimbang mereka
harus putus sekolah.
Pembelajaran yang
efektif dan efisien, antara lain dilakukan dengan mengaplikasikan pembelajaran
kreatif. Pembelajaran ini merupakan tantangan tersendiri bagi para guru. Mereka
dituntut kreatif memberikan suatu pembelajaran sesuai dengan materi yang mereka
berikan. Pembelajaran ini lebih condong pada upaya guru dalam memaksimalkan
suatu pembelajaran dengan memanfaatkan segenap potensi yang ada
Pembelajaran kreatif yang dimaksudkan di sini tiada lain
adalah pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara
memanfaatkan segenap potensi yang ada secara maksimal. Secara implisit,
pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan,
terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif. Bila di dalam ruangan kelas
tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai, guru bisa memanfaatkan
fasilitas yang ada, termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam lingkungan di
sekitarnya.
Dengan demikian, pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan
berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan
saja. Karakter pembelajaran kreatif memang sangat fleksibel dan itu semua
bergantung pada guru "sang kreator". Ini menunjukkan bahwa
pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru yang memiliki
kreativitas tinggi. Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya
dimiliki oleh setiap orang. Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi,
biasanya dapat memelihara unsur tersebut dengan baik, begitu pun sebaliknya.
Adanya kreativitas guru dapat juga meningkatkan kreativitas peserta didik, dan
guru dapat menggunakan berbagai pendekatan dalam meningkatkan kreativitas
peserta didik antara lain : 1. Jangan terlalu banyak membatasi ruang gerak
peserta didik dalam pembelajaran dan mengembangkan pengetahuan baru. 2.
Bantulah peserta didik memikirkan sesuatu yang belum lengkap, mengeksplorasi
pertanyaan, dan mengemukakan gagasan yang original. 3. Bantulah peserta didik
mengembangkan prinsip – prinsip tertentu ke dalam situasi yang baru. 4. Kurangi
kekangan dan ciptakan kegiatan – kegiatan yang dapat merangsang otak. 5. Hargai
perbedaan individu peserta didik dengan melonggarkan aturan dan norma kelas. 6.
Kembangkan tugas – tugas yang dapat merangsang tumbuhnya kreativitas 7.
Kembangkan kegiatan – kegiatan yang menarik, seperti kuis dan teka – teki. 8.
Libatkan peserta didik secara optimal dalam proses pembelajaran, sehingga
proses mentalnya bisa lebih dewasa dalam menemukan konsep dan prinsip- prinsip
ilmiah.
Penutup
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa guru harus dapat
menciptakan suasana belajar yang kondusif, yang mengarah pada situasi diatas,
misalnya dengan mengembangkan modul yang heruistik dan hipotetik atau dengan
menciptakan pembelajaran yang kreatif. Kualitas pembelajaran sangat ditentukan
oleh aktivitas dan kreativitas guru, disamping kompetensi- kompetensi
profesionalnya Karena itu, apa pun bidang studi yang digeluti guru dan
bagaimanapun pelajaran tersebut disampaikan, maka kreativitas serta aktivitas kita
sebagai seorang guru, harus mampu menjadi inspirasi bagi para siwanya. Sehingga
siswa akan lebih termotivasi untuk belajar, berkarya, dan berkreasi. Karena
pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang terealisasi dalam
keseharian siswa itu sendiri dengan baik.
Daftar Pustaka
Engkoswara.1999.
Menuju Indonesia Modern. Jakarta : Aneka Cipta Mulyasa.2006.
Menjadi Guru Profesional.Bandung : Remaja Rosda Karya
Sukadi.2006.
Guru Powerful Guru
Masa Depan.Bandung : Kolbu Suryosubroto.1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar